TUGAS BAHASA INDONESIA
NASKAH DRAMA ANEKDOT
“Sekolah Anak Binatang”
Oleh :
1. Antonia Octacella D. A. ( 03 / X MIPA 1 )
2. Elisabet Ayu P.L.P ( 11 / X MIPA 1 )
3. Jihan Santi F ( 15 / X MIPA 1 )
4. Swasti Niramaya ( 27 / X MIPA 1 )
STRUKTUR TEKS ANEKDOT :
- Abstraksi : Berupa isyarat tentang apa yang akan diceritakan berupa kejadian yang tidak biasa, atau berupa rangkuman tentang apa yang akan diceritakan, sifatnya optional.
- Orientasi : Pendahuluan atau pembukaan berupa pengenalan tokoh, waktu, dan tempat.
- Events : Rangkaian kejadian atau peristiwa.
- Krisis : Permunculan masalah.
- Reaksi : Tindakan atau langkah yang diambil untuk merespon masalah.
- Coda : Perubahan yang terjadi pada tokoh, dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita, sifatnya optional.
- Reorientasi : Penutup yang berupa ungkapan – ungkapan yang menunjukkan bahwa cerita sudah berakhir.
SEKOLAH ANAK BINATANG
Abstraksi
Alkisah, hiduplah dengan damai sejahtera, binatang-binatang kecil dan besar, pendek dan tinggi, jinak dan buas, di sebuah hutan. Seperti manusia, mereka juga mempunyai pemimpin. Tidak lain tidak bukan, ialah si Macan.
Orientasi
Si Macan yang menyadari dengan sepenuhnya bahwa binatang juga perlu dididik, lalu ia ingin mendirikan sebuah sekolah bagi anak-anak binatang. Ia ingin mengajarkan mata pelajaran yang dianggap penting untuk keberhasilan hidup di hutan, yaitu pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali. Tapi ia menggalaukan sesuatu hal, maka ia pergi untuk menemui sahabatnya, Dino.
Events
Macan : “Wahai Dino, menurutmu apa pelajaran yang paling penting di antara yang sudah kupilih ini?”
Dino : “Hmm.. Aku tidak tahu, wahai Macan. Mengapa tidak kita berikan saja semua pelajaran ini kepada anak-anak? Bukankah semakin banyak yang mereka pelajari, semakin banyak ilmu yang mereka dapat, semakin baik?”
Macan : “Benar juga kamu, ya, Dino. Baiklah, beritahu Serigala bahwa kita akan membuka sekolah di tengah hutan di dekat sungai minggu depan. Dan aku akan membuka sekolah ini dengan kurikulum 2013”
Dino : “Siap, Macan.”
Seminggu kemudian….
Ayam : “Siap apa? Bertelur? Aku masih kecil, tau!” (malu)
Kucing : “Haduh bukan, Yam. Kita kan mau sekolah!”
Ayam : “Oh sudah satu minggu ya memang? Asyik!”
Kucing : “Aku senang sekali akhirnya Bapak Macan membuka sekolah untuk kita!”
Ayam : “Iya, aku juga senang! Aku bahkan bisa mendapat pelajaran berenang disini!”
Kucing : “Betul! Aku juga ingin bisa terbang seperti kakak Garuda!”(tersenyum bahagia)
Mereka berdua berjalan dengan riang dan gembira menuju sekolah baru mereka, yang telah mereka tunggu sekian lama. Hari pertama mereka berjalan dengan lancar tanpa kendala apapun karena masih tahap pengenalan dan mereka masih dikelompokkan sesuai jenis binatang dan disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Krisis
Namun keesokannya, sesuatu terjadi…
Anak-anak : (serentak) “Horeeeeeee!”
Kucing : “Ayam, kamu pasti senang kita akan belajar berenang!”
Ayam : “Iya aku senang tapi aku sedikit takut..”
Kucing : “Mengapa?”
Ayam : “Aku tidak bisa berenang…”
Kucing : “Maka dari itu kita akan mempelajarinya disini, kawanku!”
Ayam : (tersenyum terpaksa karena masih merasa takut)
Nemo : “Ayam! Cepatlah berenang! Jangan diam saja! Kalau tidak bias berenang, kamu akan dihukum!”
Ayam : “Ba-ba-baik, Pak Nemo.”
Ternyata.. mereka berdua tidak bisa mengikuti pelajaran berenang dengan baik. Mereka dimarahi oleh Bapak Nemo. Mereka sangat sedih. Tapi mereka tetap berusaha dengan sekuat mungkin untuk bisa berenang dengan baik, mereka bahkan berlatih berenang sepulang sekolah.
Keesokan harinya…
Ayam : “Badanku tidak enak sekali rasanya. Bulu-buluku bahkan tadi pagi rontok banyak sekali.”
Kucing : “Akupun mengalami hal yang sama. Dan sepertinya teman-teman kita seperti anjing, kelinci, dan lainnya juga begitu.”
Ayam : (melihat sekeliling) “Ah benar juga…”
Dino : “Selamat siang, anak-anak! Hari ini kita akan belajar terbang!”
Kucing : “Wah asyiknyaa!”
Ayam : (tersenyum melihat Kucing)
Lalu anak-anak binatang itu pergi keluar untuk belajar terbang.
Dino : “Ayo kepakkan sayap-sayapmu!”
Ayam : (mengepakkan sayap)
Kucing : “Instruksi! Pak Dino, saya tidak punya sayap.”
Dino : “Wah bagaimana, yasudah pakai saja apa yang kau punya!”
Kucing pun berusaha dengan keras untuk berdiri dan menggerak-gerakkan kaki depannya. Ia ingin melompat tapi ia terus terjatuh. Kucingpun terluka parah dan ia dibawa ke klinik.
Reaksi
Sejak insiden itu, satu-persatu banyak anak binatang yang malas dan bolos sekolah. Karena mereka sudah lelah dan banyak terluka karena dipaksa untuk melakukan apa yang jelas-jelas bukan kemampuan mereka.
Pagi itu, Macan bertemu Kucing dan Ayam. Mereka sedang bermain berdua, padahal itu jam sekolah.
Macan : “Kucing! Ayam! Mengapa kalian berdua tidak sekolah?”
Kucing : “Eh Pak Macan, anu Pak.. emm..”
Ayam : “Kami sudah capek, Pak dengan kurikulum ini! Kami ini berbeda-beda! Kami mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semuanya bisa kami lakukan. Aku hanya bisa berlari, aku hanya bisa terbang tapi tidak terlalu tinggi. Aku tidak bisa berenang seperti wader! Aku tidak bisa terbang seperti Merpati! Mengapa kalian memaksa kami untuk mampu di segala hal? Kami capek, Pak! Kami hanya bisa melakukannya sesuai dengan kemampuan kami.”
Kucing : (mengelus Ayam) “Sabar, Ayam. Iya, Pak Macan. Benar apa kata sahabat saya ini. Jangan salahkan kami jika kami jadi tidak ingin sekolah. Lihat saja, si Kelinci. Dulu dia sangat lincah dalam berlari. Sejak ia sekolah dan belajar hal-hal yang tidak ia mampu, kelincahannyaberkurang. Ia jadi tidak bisa berlari dengan kencang.”
Ayam : “Iya Pak! Benar kata mereka. Buat apa saya belajar berenang? Tidak berguna, Pak. Terbang? Tidak berguna, Pak. Harusnya Bapak paham dengan kemampuan kami yang berbeda-beda.”
Coda
Macan : “Hmm.. maafkan Bapak, anak-anak. Ini semua salah Bapak. Besok Bapak akan mengatur ulang sistem sekolah. Oke?”
Reorientasi
Mereka berdua berteriak kegirangan lalu berpelukan Akhirnya Bapak Macan mengevaluasi kurikulum 2013 yang telah ia buat. Apakah ia akan melanjutkannya, merubahnya, atau menggantikannya dengan kurikulum yang baru.